SEBERAPA PENTING DATA? : SOLUSI UNTUK BEM FISIP UNPAD

Ilham Mukti
7 min readJul 26, 2020

--

Rene Schute, www.reneschute.de

Oleh Ilham Mukti
26 Juli 2020

Pada tulisan sebelumnya, saya sempat menyinggung perihal minimnya penggunaan data dalam kajian-kajian yang dibuat oleh BEM FISIP Unpad, khususnya pada isu-isu yang menyinggung internal KEMA FISIP semacam UKT, dan evaluasi kuliah daring. Saya menyinggung bahwa data itu penting, bahkan data dapat menjadi patokan organisasi dalam menentukan strategi-strategi kedepannya.

Saya juga menyarankan BEM FISIP untuk membuat tim/bidang mengenai riset dan data untuk nantinya mengakomodir kepentingan-kepentingan KEMA FISIP. Kalau pun tidak memungkinkan untuk dibuat, ya setidaknya bisa bekerja sama dengan pihak-pihak yang mengerti.

Tapi sebelum lebih lanjut, saya ingin mengingatkan bahwa mengkritik atau memberi masukan bukan berarti saya paling benar, paling jago — bukan. Bukan juga menggambarkan bahwa yang dikritik selalu salah dan tidak berbuat apa-apa, bukan — itu tentu bukan soal itu. Saya yakin bahwa selama ini pengurus BEM FISIP sudah melakukan yang terbaik. Saya juga yakin teman-teman BEM FISIP mengorbankan banyak hal untuk menjalankan roda organisasi, apalagi di tengah pandemi. Tapi tentu hal-hal semacam itu tidak bisa memadamkan pandangan-pandangan lain yang muncul, termasuk tulisan ini.

Seperti yang kita tahu, teknologi berkembang begitu pesat, memangkas jarak dan waktu, menyambungkan Saya dan Anda secara real-time meskipun kita berbeda jarak ratusan kilometer. Manusia bersemarak, peradaban beralih dan memasuki era baru, yaitu era digitalisasi dan era internet.

Kemajuan teknologi seolah membawa kita ke persimpangan jalan, ikut dan menjadi bagian atau diam dan tertinggal. Realitanya tentu tidak sesederhana itu, ikut atau diam tentu bukan pilihan seenak “jidat” tanpa memperhatikan faktor-faktor dibelakangnya, tapi begitulah kira-kira gambarannya.

Salah satu yang mesti kita lihat jika membicarakan perkembangan teknologi adalah tentang data. Internet dan digitalisasi membuat data tersebar dimana-mana, memudahkan kita untuk mencari dan mengambil untuk keperluan apapun. Era internet dan digitalisasi juga membuat antar data terkoneksi dengan begitu canggih, bayangkan saja, bangun tidur membuka instagram dan tiba-tiba muncul iklan tentang sesuatu yang sering kita cari, seolah instagram tahu persis tentang diri kita.

Pada bagian lain, bahkan data dan komputerisasi dapat menentukan keputusan mana yang mesti diambil secara lebih presisi, mencoba untuk menyaingi otak manusia dalam memproses informasi dan membuat keputusan. Lebih gila lagi, barang kali di masa depan, kebijakan-kebijakan pemerintah dapat diformulasikan oleh Kecerdasan Buatan (AI) berdasarkan data-data yang kita upload dan terintegerasi dengan sedemikian rupa dalam suatu sistem.

Begitu pesatnya hal itu membuat kita mesti berancang-ancang dan beralih, sesekali menengok dan mempelajari hal baru, termasuk tentang data.

Seberapa penting data? Kenapa itu mesti diupayakan oleh BEM FISIP UNPAD?

Pertama. Dengan data, gambaran karakteristik mahasiswa FISIP dapat diketahui. Terdengar klise memang, tapi mengetahui karakteristik adalah langkah awal untuk menjalankan organisasi publik, termasuk Badan Eksekutif Mahasiswa. Istilah sederhananya, “bagaimana bisa Anda menjabat di suatu daerah, tapi Anda tidak tahu karakteristik orang-orang di daerah itu”.

Tidak mesti repot, bisa dimulai dari persoalan-persoalan sederhana: platform sosial media apa yang banyak digunakan KEMA FISIP?; pada waktu kapan saja KEMA FISIP sering mengecek sosial media?; transportasi apa yang banyak digunakan KEMA FISIP untuk pergi ke kampus?; lomba, olahraga, seni apa yang diminati KEMA FISIP?; metode apa yang disukai KEMA FISIP dalam belajar di kelas?;

seberapa sering KEMA FISIP mengakses perpustakaan kampus?; seberapa nyaman perpustakaan itu?; seberapa cepat dan mudah pelayanan dekanat menurut KEMA FISIP?; seberapa nyaman fasilitas kampus?; seberapa banyak mahasiswa dalam satu kelas, dan apa itu nyaman?; seberapa sering dosen telat, tidak masuk, dan mengubah jam pelajaran bagi KEMA FISIP?; DAN TENTU MASIH BANYAK LAGI.

Hal-hal sederhana itu jika terlihat pusing mungkin bisa dikelompokan pada masing-masing departemen. Sebagai gambaran, itu sudah dilakukan dan bisa dilihat pada akun instagram Data Kema Unpad yang dikelola oleh biro riset dan data BEM KEMA Unpad. *Kepala Biro-nya anak FISIP kok, bisa tanya-tanya juga. Yang terbaru, BEM UI, cek.

Untuk dapat mengetahui karakteristik itu, setidaknya bisa dilakukan dengan 2 cara: bisa mengamati atau menanyakan langsung. Saya sendiri lebih sreg dengan cara yang kedua, karena mengamati bagi saya rentan terhadap bias-bias tertentu.

Dengan jumlah mahasiswa FISIP yang ribuan, menanyakan langsung pada masing-masing mahasiswa mengenai karakteristiknya tentu akan membutuhkan waktu dan tenaga yang banyak, sehingga tampaknya mustahil. Untuk itu, ada yang dinamakan “sampel”, teman-teman yang belajar statistika dan metode penelitian kuantitatif pasti tidak asing dengan istilah itu.

Dengan menggunakan sampel, mengetahui karakteristik ribuan mahasiswa FISIP bisa dilakukan dengan lebih cepat dan mudah. Tidak perlu repot-repot mendatangi ribuan mahasiswa FISIP, tinggal ambil saja sampelnya, dan hasilnya pun bisa digeneralisasi se-FISIP. Tentu dalam menentukan sampel ini tidak sembarangan, ada teknik-tekniknya, saya rasa teman-teman sudah paham itu.

Kalau dirasa mengumpulkan sampel ini masih sulit juga, BEM FISIP sangat bisa untuk berkolaborasi dengan himpunan-himpunan mahasiswa di FISIP dalam mengumpulkan data. Dengan kolaborasi semacam itu, data yang diambil menjadi lebih akurat, waktu dan tenaga yang dikeluarkan juga terbagi. Lagipula himpunan juga perlu data, kolaborasi bisa menjadi ajang untuk sharing data antar himpunan dan BEM.

Dan sebagai catatan, metode mengambil data dan dokumentasi-dokumentasi tentang itu mesti tercatat dan dilaporkan dengan baik, karena ini akan berkaitan dengan poin selanjutnya.

Kedua, setelah karakteristik-karakteristik KEMA FISIP sudah diketahui dan terdata dengan baik sampai dengan metode-metodenya, maka setidaknya terdapat 3 hal yang dapat dimanfaatkan akibat terkumpulnya data-data itu.

Pertama, untuk BEM FISIP itu sendiri. Jika data-data sudah terdokumentasi dengan baik maka BEM FISIP dapat memanfaatkan itu guna menyiapkan strategi dan membantu mengambil keputusan-keputusan dengan lebih tepat.

- Misalnya, data menunjukan bahwa KEMA FISIP yang menggunakan platform sosial media twitter persentasenya sangat-sangat kecil, maka BEM FISIP tidak perlu repot-repot mengaktifkan twitter, tentu itu akan membuang waktu dan tenaga.
- Misal, data menunjukan bahwa KEMA FISIP lebih aktif bermain sosial media pada malam hari, maka BEM FISIP bisa memanfaatkan itu dengan sering memosting pada malam hari.
- Misal, data menunjukan bahwa KEMA FISIP lebih tertarik pada bidang kemasyarakatan dan akademik dibanding olahraga, maka BEM FISIP bisa mewadahinya.
- Misal, data menunjukan bahwa KEMA FISIP lebih tertarik pelatihan menulis essai dibanding pelatihan lainnya, maka BEM FISIP dapat mewadahinya.
- Misal, data menunjukan bahwa KEMA FISIP minim berpartisipasi pada seminar publik karena pembicaranya kurang menarik, maka BEM FISIP bisa mencari alternatifnya.
- Misal, data menunjukan bahwa KEMA FISIP minim partisipasi pada rubrik opini karena dibatasi pada tema-tema tertentu, maka BEM FISIP bisa membukanya.
- DAN SEBAGAINYA.

Data-data semacam itu sangat bisa membantu BEM FISIP dalam mengambil keputusan-keputusan, terutama dengan lebih tepat. Tapi tentu data bukan segalanya, bisa saja data menunjukan bahwa dibutuhkan pelatihan essai tapi pas diselenggarakan cuma beberapa orang yang hadir. Itu bisa saja terjadi, tapi bukan berarti data itu tidak penting dan dibuang begitu saja. Setidaknya, melalui data lah kita semestinya bergerak, data adalah titik start. Kalau data tidak ada, mau mengambil keputusan berdasarkan apa?

Kedua, data juga bisa dimanfaatkan untuk mengakomodir kepentingan-kepentingan KEMA FISIP di depan dekanat atau rektorat. Itu dibutuhkan untuk menegaskan bahwa KEMA FISIP bukan sekadar objek keputusan-keputusan dekanat atau rektorat.

- Misalkan, data menunjukan bahwa KEMA FISIP menilai pelayanan publik dekanat lambat, maka BEM FISIP bisa mengadvokasikan itu dengan membawa data-data yang VALID dan BISA digeneralisasi se-FISIP.
- Misal, data menunjukan bahwa fasilitas kampus yang didapat KEMA FISIP kurang memadai, maka BEM FISIP bisa mengadvokasikan itu.
- Misal, data menunjukan bahwa KEMA FISIP kesulitan membayar UKT, maka BEM FISIP bisa mengadvokasikan itu.
- Misal, data menunjukan bahwa KEMA FISIP menilai kuliah daring tidak berjalan sebagaimana mestinya, maka BEM FISIP bisa membawa itu. DAN SEBAGAINYA.

Jadi data bukan hanya bermanfaat bagi BEM FISIP itu sendiri, tapi juga KEMA FISIP. Dengan data, argumen-argumen yang diajukan menjadi kuat, aspirasi-aspirasi yang terkumpul menjadi matang dan dapat diakomodir. Kalau data tidak ada, lantas mau mengakomodir apa?

Ketiga, data yang terkumpul dengan metode yang tepat dan terdokumentasi dengan baik juga sangat bisa digunakan peneliti dan badan-badan lain, terutama dalam konteks melihat karakteristik KEMA FISIP. Ini tentu langkah yang bagus untuk menggerakan roda riset sivitas akademika Unpad.

- Misalkan, seorang peneliti ingin membandingkan tingkat kepuasan mahasiswa FISIP dan FK terhadap fasilitas kampus, jika data-data KEMA FISIP sudah tersedia dan terdokumentasi dengan baik, maka peneliti hanya perlu mencari data KEMA FK.
- Misalkan, seorang peneliti ingin melihat apakah ada perbedaan hambatan-hambatan kuliah daring antara mahasiswa FISIP dan FEB, jika data-data KEMA FISIP sudah tersedia dan terdokumentasi dengan baik, maka peneliti hanya perlu mencari data KEMA FEB.
- Misal, seorang peneliti ingin mencari tahu, jarak fakultas apakah berpengaruh terhadap transportasi yang sering dipakai mahasiswa FISIP dan FPIK untuk pergi ke kampus?, jika data-data KEMA FISIP sudah tersedia dan terdokumentasi dengan baik, maka peneliti hanya perlu mencari data KEMA FPIK.
- Misalkan, Girl Up Unpad ingin melihat apakah ada perbedaan mahasiswa FISIP dan mahasiswa FMIPA dalam memandang RUU PKS, jika data-data KEMA FISIP sudah tersedia dan terdokumentasi dengan baik, maka peneliti hanya perlu mencari data KEMA FMIPA.
- DAN SEBAGAINYA.

Jadi, terkumpulnya data bukan hanya dapat dimanfaakan BEM dan KEMA FISIP, tapi juga pihak-pihak lain yang membutuhkan. Terlihat indah memang jika kita bayangkan, apalagi diwujudkan!

Terakhir, tanggal 25 Juli kemarin BEM FISIP mulai melakukan pengumpulan data mengenai kuliah online dan UKT, data-data itu nantinya dapat disampaikan ke dekanat sebagai catatan dari KEMA FISIP. Saya tentu mengapresiasi itu, saya mengapresiasi BEM FISIP mau bergerak untuk kinerja yang lebih baik.

Perihal itu, saya ingin memberikan catatan bahwa mengumpulkan data tidak bisa dilakukan sembarangan. Jika kita ingin mengadvokasikan masalah-masalah yang dialami KEMA FISIP ke dekanat, tentu data yang dikumpulkan mesti merepresentasikan KEMA FISIP. Bagaimana cara mengumpulkan data yang merepresentasikan KEMA FISIP?

Seperti catatan di atas, gunakan sampel, karena tentu kita akan kesulitan jika menanyakan pada ribuan mahasiswa FISIP. Bagaimana cara memilih sampel yang dapat merepresentasikan KEMA FISIP? tentu ini juga ada caranya, jadi ga sembarangan.

Menyusun pertanyaan di kuesioner juga tidak sembarangan, ada hal-hal yang perlu diperhatikan agar data yang kita ambil berkualitas dan bisa merepresentasikan KEMA FISIP.

Jika data-data yang diambil tidak menggunakan cara yang tepat, tentu itu tidak bisa diklaim sebagai pendapat/masalah-masalah KEMA FISIP, karena memang tidak merepresentasikan. Kalau data tidak merepresentasikan sebuah populasi (dalam hal ini KEMA FISIP), maka data-data yang dikumpulkan dengan sangat mudah bisa dibantah.

Jadi, mengumpulkan data saja tidak cukup, cara-cara yang tepat juga harus diperhatikan agar data yang terkumpul solid dan merepresentasikan populasi.

PROBLEM BESARNYA ADALAH BEM FISIP UNPAD BAHKAN TIDAK PUNYA BIDANG RISET DAN DATA— sangat memprihatinkan bagi fakultas dengan jumlah jurusan terbanyak di Unpad.

Akhir kata, zaman terus bergerak, diam artinya rela untuk ditinggal. Kalau bukan sekarang, kapan lagi?

Jika ada yang salah, mohon dikoreksi.

--

--

No responses yet