Ngetrack Aktivitas Users di Website, and then?

Ilham Mukti
5 min readApr 1, 2022

--

https://www.freepik.com/pch-vector

Hola, pada tulisan sebelumnya saya telah membahas bagaimana aktivitas users di website bisa ditrack (menggunakan Google Analytics dan Google Tag Manager), kemudian selanjutnya apa?

Selanjutnya ialah collect/ambil datanya.

Kenapa datanya perlu dicollect?

Ya agar nantinya bisa dimanfaatkan untuk ngehasilin insight yang lebih luas.

*Tulisan ini akan menyinggung sedikit teknis hehe

Here We Go!

Pict 1: Alur secara umum

Saya membuat ilustrasi untuk memahami persoalan ini lebih jauh (lihat pict 1). Ilustrasi ini saya buat berdasarkan apa yang pernah saya coba selama ngetrack aktivitas users di website.

Cara bacanya:

  1. Website ditrack menggunakan GA, GTM, atau GA-GTM.
  2. Data trackingan tersebut akan masuk ke GA.
  3. Data tracking tersebut bisa diakses menggunakan GA User Interface (GA UI), Google Analytics API (GA API), Google Data Studio (GDS), dan lainnya.
Jadi singkatnya, setelah website dipasang tracker, kita bisa mengakses data trackeran tersebut di GA.

Ada 3 cara yang pernah saya coba untuk mengakses data dari GA, yaitu melalui GA UI, GA API, dan GDS.

Tidak menutup kemungkinan ada cara-cara lain yang belum sempat saya eksplor, melalui Google BigQuery misalkan.

Petanyaannya: Kenapa ada macem-macem cara untuk sekadar ngakses/ngeliat/ngambil data dari Google Analytics? Kenapa ga satu cara aja?Jawaban sederhananya: karena masing-masing dari kita punya kebutuhan yang berbeda. Kalau datanya simpel, bisa menggunakan cara yang simpel. Begitu juga dengan data yang kompleks, semakin kompleks pula caranya.

Google Analytics — User Interface (GA UI)

Pict 2: GA versi UI

Google Analytics — User Interface (GA UI) adalah tampilan GA pada umumnya, bisa kita akses melalui https://analytics.google.com/.

Ada banyak hal yang bisa kita eksplor disini. Kita bisa melihat users yang mengunjungi website kita secara realtime, demografi user (usia, asal, jenis kelamin, dst), device apa yang mereka pakai, jumlah view dari page tertentu, dan masih banyak lagi.

Jika kita cuma mau tau hal-hal yang basic semacam hal di atas, maka GA UI sebetulnya udah cukup oke.

Dua kelebihan utama dari GA UI ini ialah:
1. Mudah digunakan, tinggal klik-klik aja
2. Tampilannya user friendly.

Kekurangannya:
1. Serba manual, GA UI gabisa mengakomodir hal-hal yang kompleks.
2. Lemot (terutama kalau data-nya banyak).

Google Analytics API (GA API)

Pict 3: Basic Script GA API, https://developers.google.com/analytics/devguides/reporting/core/v4/quickstart/service-py

Semakin kompleks apa yang mau kita cari, GA UI bisa jadi gabisa mengakomodir hal-hal tersebut. Dan salah satu alternatifnya ialah dengan menggunakan GA API.

Layaknya API pada umumnya. GA API memungkinkan kita untuk membuat sesuatu yang lebih kompleks menggunakan variabel-variabel yang ada di Google Analytics.

Kelebihan utamanya ialah fleksibelitas yang tinggi dan cepat.

Ilustrasi Pak Budi

Pict 4: Tracker yang dipasang Pak Budi (ceritanya hehe)

Bayangkan, Pak Budi telah memasang tracker pada masing-masing button/section di websitenya (lihat pict 4), kemudian didokumentasikan dengan jelas nama dan isi parameter dari masing-masing tracker tersebut.

Untuk Home Page ada 10 tracker yang dipasang, page X ada 12 tracker, page Y ada 4 tracker, page Z ada 8 tracker, dst.

Selanjutnya Pak Budi penasaran dan ingin mengetahui apa saja button/section yang paling banyak diklik pada masing-masing page websitenya selama 6 bulan ke belakang ini.

Jika menggunakan GA versi UI, tentunya Pak Budi akan:
1. Membuka GA
2. Atur date range 6 bulan ke belakang
3. Cari satu per satu tracker berdasarkan nama yang ada di dokumentasi
4. Lihat total kliknya, dan catat.
5. Langkah 1–4 diulang terus sampai semua trackernya sudah dicari.
6. Setelah semua dicari, kemudian bandingkan mana yang paling banyak diklik.

Dari ilustrasi singkat tersebut, terdapat 2 persoalan menarik.

Pertama, butuh waktu lama. Jika Pak Budi hanya mau melihat 1 atau 2 tracker, tentunya itu tidak menjadi masalah. Tapi gimana kalau jumlah trackerannya itu banyak? Ditambah lagi datanya dibutuhkan 1 minggu sekali, misalnya.

Ga mungkin kan Pak Budi terus menerus mengulangi langkah 1–4 pada semua tracker setiap seminggu sekali?

Sebetulnya mungkin, tapi butuh waktu lama, ga efisien, dan terjebak pada rutinitas yang berulang-ulang, akhirnya Pak Budi bisa jadi bosan dan ga teliti.

Gimana alternatifnya?

Yuppp, pake Google Analytics API.Jadi Pak Budi ga perlu capek-capek ngulang langkah 1–4 pada semua trakcer setiap seminggu sekali, bikin aja script untuk nyelesaian itu semua.Tinggal run dan ngopi.

Persoalan kedua, data yang ditampilkan GA tidak begitu akurat.

Persoalan ini nantinya akan saya bahas di tulisan saya yang lain (semoga ga mager hehee)

Tapi pada intinya, data yang ditampilkan di GA ada batasannya. Jika pada date range tertentu jumlah sessions-nya lebih dari 500k, maka data yang ditampilkan ialah data sample, bukan populasi.

Pembahasan lebih jelasnya bisa diakses disini.

Gimana alternatifnya?

Yuppp, pakai Google Analytics API.

Pada intinya, GA API memungkinkan kita untuk ngebaca variabel-variabel yang ada di GA, dan setelah itu terserah kita deh mau dibikin jadi apa.Kekurangannya: mesti ngoding, gabisa sat set sat set langsung jadi hehe :)

Google Data Studio (GDS)

https://webanalyticssetup.com/

Seperti yang kita tahu, GDS adalah salah satu visualization tools untuk membantu visualisasi data.

Sumber data yang bisa dijadiin visualisasi juga macem-macem, bisa dari Google Sheet, BigQuery, Google Ads, MySQL, Upload File sendiri, dan tentunya Google Analytics.

Dengan begitu, kita ga perlu repot-repot ambil data dari GA terus disimpen ke Google Sheet untuk dijadiin chart/visualisasi.

Langsung saja buat di GDS, lebih cepat, dimension yang ditambahkan bisa lebih kompleks dibanding GA UI, data yang ditampilkan realtime, lebih interaktif, dan juga user friendly.

Apalagi GA dan GDS adalah sama-sama produk Google, jadi koneksi satu sama lainnya, dan fitur-fitur yang ditawarkan memang diperuntukkan untuk saling terhubung.

Saya pernah menyambungkan GA dengan Tableau (visualization tool), dimensions-metrics yang bisa diambil tidak selengkap GA dengan GDS.

Namun, kekurangan utama GDS:
1. Lemot (apalagi kalau data-nya banyak banget)
2. Bisa dibilang semi fleksibel hehe, lebih fleksibel dibanding GA UI, tapi tidak lebih fleksibel dibanding GA API.

Penutup

Ketiga cara yang sudah saya sebutkan mempunyai kelebihan dan kekurangannya masing-masing, tergantung dari apa yang mau kita cari.

Singkatnya, kalau kita mau cari hal-hal yang basic/simpel, maka GA versi UI sudah cukup.

Mau lebih kompleks dan interaktif bisa pake GDS. Mau kompleks banget bisa pake GA API.

Disesuaikan saja dengan kebutuhan. Kalau kata orang-orang, jangan over-engineering kerjaan kita :)

Koreksi jika ada yang salah!

--

--