Berapa Rata-Rata Harga Rumah di Jakarta Selatan?

Ilham Mukti
5 min readAug 25, 2021

--

Source: www.designtrack.co

Eksplorasi singkat ini berawal dari pertanyaan dasar yang cukup mengerutkan dahi, “berapa rata-rata harga rumah di Jakarta Selatan?”

Namun karena Jakarta Selatan itu luas dan bisa jadi antara satu wilayah dengan wilayah lainnya sangat berbeda, maka pertanyaannya bisa di spesifikan lagi, “berapa rata-rata harga rumah di masing-masing kecamatan di Jakarta Selatan?”

Untuk bisa mengetahui itu, tentu kita perlu data harga rumah di Jakarta Selatan. Dan karena datanya tidak tersedia begitu saja, mau gak mau mesti scraping dari website jual beli rumah (dalam hal ini rumah.com)

Alur dari project ini kira-kira begini:
1. Scraping data harga rumah
2. Cari latitude dan longitude rumah tsb
3. Hitung jarak (distance) kecamatan dengan lokasi rumah
4. Visualisasi datanya

Tools yang digunakan:
1. Beautiful Soup untuk scraping
2. Pandas untuk ngerapihin data
3. Tableau untuk visualisasi

Scraping Data

Pict 1: Penampakan data

Project ini menggunakan data harga rumah yang didapat dari website rumah.com (diambil pada 23 Agustus 2021).

Terdiri dari 1892 data yang tersebar di seluruh kecamatan, dan datanya terdiri dari 8 kolom meliputi:
1. nama_rumah: nama rumah yang dijual
2. kamar_mandi: jumlah kamar mandi
3. kamar_tidur: jumlah kamar tidur
4. luas_m2: luas rumah (m2)
5. harga: harga rumah
6. harga_m2: harga rumah per/m2
7. alamat: alamat rumah
8. link: link postingan penjual

Kolom di atas hanya kolom-kolom dasar ya, kedepannya ada kolom-kolom baru yang dibikin dari hasil pengembangan kolom dasar tsb.

Cari Latitude dan Longitude

Pict 2: Update penampakan data

Pada data hasil scraping, sayangnya tidak tersedia informasi suatu rumah dijual di kelurahan dan kecamatan apa, adanya hanya alamat yang terkadang juga tidak tertulis lengkap.

Alhasil, kita mesti cari tau latitude dan longitude alamat tsb menggunakan geocoder. Setelah dapat, kita buat kolom baru bernama lat_long.

Hitung Distance

Pada tahap ini alur prosesnya kira-kira begini:

Point 1) Kita punya data latitude dan longitude alamat rumah yang dijual (tahap sebelumnya)

Point 2) Kita punya data latitude dan longitude dari masing-masing kecamatan di Jakarta Selatan (diambil dari website resmi Jakarta Satu)

Point 3) Hitung (menggunakan manhattan distance) seberapa jauh jarak antara alamat rumah dengan kecamatan menggunakan latitude dan longitude. Yang paling dekat kita asumsikan bahwa alamat rumah itu berada di kecamatan itu.

Pict 3: Latitude dan Longitude Kecamatan (Centroid)

Point 2 didapat dari website Jakarta Satu, tapi karena bentuknya Polygon, kita cari latitude dan longitude berdasarkan centroid-nya.

Jadi latitude dan longitude pada point 2 ialah centroid dari kecamatan tsb.

So, point 1 dan 2 udah ada, tinggal cari deh jaraknya dan ambil jarak yang terkecil sebagai kecamatan terdekat dari rumah tersebut. Kira-kira hasilnya begini:

Pict 4: Hasil Kecamatan Terdekat Dari Alamat Rumah yang dijual

Cara bacanya, data nomor 0 lebih dekat dengan kecamatan Setiabudi, data nomor 1 lebih dekat dengan kecamatan Jagakarsa, dan seterusnya.

Visualisasi Data

Setelah semua fitur sudah lengkap, saatnya visualisasi data untuk menjawab pertanyaan dasar di atas. Untuk visualisasi ini saya menggunakan Tableau Desktop.

Pict 5: Jumlah Data Per Kecamatan

Pict 5 menunjukan jumlah data per kecamatan yang dapat dilihat bahwa kecamatan Cilandak ada 428 data rumah, Jagakarsa ada 392 data rumah, dan terdikit ada kecamatan Setiabudi yang hanya dengan 23 data rumah.

Total datanya sendiri ialah 1892 data.

Pict 6: Persebaran data range harga

Persebaran datanya seperti pada pict 6, range harga 0–1,5 miliar ada 345 data rumah, range 1,5–3,5 Miliar ada 430 data rumah, dst.

Pict 6.2: Pesebaran Data (Maps)

Jika divisualisasikan melalui Maps kira-kira persebaran datanya seperti ini. Terlihat data pada kecamatan Setiabudi memang jauh lebih sedikit dibanding daerah-daerah lainnya.

Pict 7: Mean dan Median harga rumah di Jakarta Selatan (miliar)

Dari data kita bisa indentifikasi 3 kluster harga rumah di Jakarta Selatan.

Kluster pertama ada kecamatan Setiabudi, Kebayoran Lama, Mampang Prapatan dan Kebayoran Baru yang bisa dibilang sebagai kawasan elit/mahal.

Kluster kedua ada kecamatan Pancoran, Tebet, dan Cilandak yang bisa dibilang sebagai kawasan menengah berdasarkan data.

Kluster ketiga ada Kecamatan Pasar Minggu, Pesanggrahan dan Jagakarsa sebagai daerah yang paling “murah” jika dibanding daerah dua kluster pertama.

Buat kalian yang pengen punya rumah di Jaksel, mungkin bisa dihitung ya berapa waktu yang dibutuhkan untuk nabung jika pengen punya rumah di daerah A dengan total pemasukan sebesar X.

Pict 8: Median harga rumah per m2 di Jakarta Selatan (juta)

Berdasarkan data, harga rumah per meter persegi di masing-masing kecamatan ini juga tidak jauh berbeda dibanding dengan kluster yang sebelumnya kita temui.

Paling murah (berdasarkan median) kecamatan Pesanggrahan dengan 16 jutaan, dan termahal kecamatan Setiabudi dengan 48 jutaan/meter persegi.

Pict 8.2: Maps Harga Rumah per M2

Pict 8.2 menunjukan gambaran maps harga rumah/meter persegi di Jakarta Selatan. Semakin pekat warnanya berarti harga rumah di daerah itu mahal.

Daerah-daerah yang pekat: Kebayoran Baru, Kebayoran Lama, Mampang Prapatan, Setiabudi.

Daerah Jagakarsa dan Pesanggrahan warnanya mendekati putih, artinya lebih murah dibanding daerah lainnya.

Pict 8.3: Maps Median Harga Rumah Per M2

Jika masih belum kelihatan, lihat pict 8.3. Pada Maps itu, harga rumah per meter persegi di masing-masing kecamatan dicari mediannya, kemudian diapply dengan warna biru.

Semakin pekat warnanya berarti rumah di kecamatan itu semakin mahal.

Pict 9: Minimum dan Maximum harga rumah di Jakarta Selatan

Sementara itu, minimum harga rumah di Jakarta Selatan sebesar 250 Juta, itu ada di kawasan kecamatan Kebayoran Lama. Sedangkan maksimum ada di kecamatan Setiabudi sebesar 300 miliar.

Penutup

Eksplorasi singkat ini tentu masih banyak kekurangan:

  1. Datanya terbilang sedikit, apalagi antara satu kecamatan dengan kecamatan lainnya bisa jauh berbeda. Misalkan, kecamatan Cilandak ada 428 data, sedangkan Setiabudi cuma 23 data.
  2. Data yang digunakan ialah hasil scraping website jual beli rumah. Nah di websitenya kadang ada saja yang memosting tidak sesuai dengan alamat, harga, dst. Misalkan, penjual menulis alamat rumah “Jagakarsa, Jakarta Timur”, padahal Jagakarsa ada di Jakarta Selatan.
  3. Informasi alamat rumah yang dijual kurang lengkap (tidak ada kelurahan/kecamatan), maka titik latitude dan longitude bisa jadi tidak 100% akurat.
  4. Saya mengasumsikan bahwa suatu alamat rumah masuk pada kecamatan tertentu dengan menghitung distance/jarak terdekat. Padahal bisa jadi jarak terdekat tidak mencerminkan alamat itu masuk ke kecamatan tsb.

Terinsipirasi dari ini, dan ini.
Untuk data dan kode selengkapnya, ada di Github.

Semoga Bermanfaat!
Koreksi jika ada yang salah.

--

--

No responses yet